Dentang jam dinding sebelas kali
pukul sebelas ?
oh ya ! tentu saja waktunya kembali
Desir harumnya masih terasa
Lembut dan segar ... itu dulu, kini tiada lagi
kisah yang terpenggal
Detik-detuk berlalu, tak juga nampak
mata kian berat namun tak dapat terpenjam
kesal membayangi, tak juga terlihat
satu-satu gaun dibadan terlucuti
peraduan siap menanti
namu mata masih terbelalak
tak juga nampak lewat
penantian sebentar lagi berakhir
jendela hati pelan menutup rapat
mungkin dia telah lelap
tapi di sisi jauh yang lain
mata masih terbuka ... resah, ragu jadi satu
bosankah seperti yang dulu ?
hampa ... waktu telah jauh berlari
tak ada lagi dinanti ... kisah kini
Dan mata, belum bisa terpejam karena absennya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar